1. Lakukanlah sesering mungkin berdoa kepada Allah, lebih sering berdoa kepada Allah maka Allah Swt akan lebih senang kepada kita (Al-Qur’an-HR.Thabrani)
2.Hendaknya berdoa sambil mengangkat tangan dengan telapak tangan terbuka ke atas. Seperti yang benar-benar memohon (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Hakim)
*Orang
yang tidak suka berdoa adalah seolah-olah mereka meyakini atas kemampuan diri mereka sendiri tanpa disandarkan kepada
Allah Swt, yang Maha Berkuasa atas segala sesuatunya, hal ini bisa
menggolongkan mereka pada golongan orang-orang yang menyombongkan diri.
3. Jangan
berdoa dengan punggung tangan menghadap ke
atas, kecuali
pada shalat istisqa,
ketika meminta hujan dan dijauhkan dari bala (HR. Abu Daud, Thabrani, Baihaqi, Ibnu
Majah)
4. Sebaiknya
berdoa dengan menghadap
kearah kiblat (HR. Tirmidzi, Thabrani)
5. Disunnahkan
agar memulai
doa dengan memuji Allah Swt, kemudian dilanjutkan dengan shalawat kepada
Nabi saw. (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, Baihaqi, Hakim)
6. Berdoa
dibolehkan hanya untuk memohon hal-hal yang dihalalkan agama saja.
Jangan berdoa untuk hal-hal yang diharamkan oleh agama (kemaksiatan). (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Daud)
7. Selalu
berdoa untuk kebaikan,
jangan sekali-kali berdoa untuk keburukan siapapun (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud)
8. Dalam
berdoa hendaknya memasukan rasa yakin dalam hati bahwa Allah Swt akan mengabulkan doa
kita, jangan ada keraguan di hati kita, bahwa Allah Swt tidak akan mengabulkan
doa kita. Apabila kita menyangka bahwa Allah Swt tidak akan mengabulkan doa
kita maka sungguh Allah pun tidak akan mengabulkannya karena Allah bergantung
pada sangkaan
hambaNya (HR.Tirmidzi, Hakim)
9. Berusahalah
menangis ketika
berdoa, jika kita tidak bisa menangis maka berpura-puralah menangis (HR.Baihaqi)
10.
Setiap
doa boleh diulangi
sampai 3 kali
11. Doa
dapat dilakukan dengan berjamaah yaitu seseorang berdoa dan yang lain
mengaminkannya (HR.Abu Daud)
12. Hendaknya
disetiap doa
diakhiri “aamiin” yang berarti “Kabulkanlah ya Allah” (HR. Abu Daud)
13. Disunnahkan
agar mengaminkan
doa kita walaupun hanya berdoa sendirian (HR. Ibnu Adi)
14. Yang
berdoa dan
yang mengaminkan mendapatkan ganjaran yang sama
15. Mengusapkan
tangan ke muka selesai berdoa (H.R Abu Daud, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Majah)
16. Sebelum
berdoa
pastikan yang ada pada diri kita adalah halal
17. Allah
Swt tidak akan menerima doa seseorang yang di dalamnya ada benda haram
18.
Jangan
berdoa dengan suara keras atau berlebihan seperti dengan menjerit-jerit, Allah
memerintahkan agar kita berdoa kepada Allah Swt dengan suara merendah dan penuh
ketawadhuan (Al-Quran)
19. Berdoa
harus penuh keyakinan
dan kesungguhan,
tidak boleh berdoa dengan mengatakan “…kalau Engkau mau, ya Allah”. Kalimat
tersebut menunjukkan ketidaksungguhan dalam memohon kepada Allah (HR.Bukhari,
Muslim, Ahmad, Nasai)
20.
Kemudian
walaupun doa
kita belum diterima oleh Allah Swt, tetapi hendaknya kita mengakui
bahwa doa kita sudah diijabah
oleh Allah Swt, dengan mengatakan:
“ Subhaanalladzii bini’matihii
tatimmush shoolihaah”
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang dengan segala nikmatNya menyempurnakan orang-orang
yang sholeh.
(HR.Baihaqi)
21.
Jika
doa kita
belum diijabah maka ucapkan:
“ Alhamdulillaahi ming kulli haalii”
Artinya:
Segala puji bagi Allah pada segala keadaan (HR.Baihaqi)
22.
Dianjurkan
agar selalu
meminta maaf kepada Allah Swt, dan sekaligus meminta “afiah” kepada-Nya (HR.Abu Daud,
Ibnu Majah, Tirmidzi)
23. Dianjurkan
pula dalam berdoa
meminta surga dan jika meminta surga mintalah surga Firdaus
(HR.Thabrani,
Hakim)
24. Disabdakan
oleh Rasulullah Saw, bahwa barangsiapa yang meminta surga 3 kali,maka surga
akan mengatakan: “…ya Allah masukanlah ia ke dalam surga…3 kali, maka neraka
akan berkata: “…ya Allah jauhkanlah ia dari neraka…!” (HR.Hakim, Nasai)
25. Doa
yang paling
afdzal adalah doa seseorang untuk saudaranya sesama muslim yang tidak ada
disampingnya (HR.Ibnu Majah)
26. Disunnahkan
memulai doa
dengan menyebut
sebagian Asmaul Husna, yang sering diucapkan oleh Rasulullah Saw
adalah “yaa
Hayyu, yaa Qayyuum.” (HR. Tirmidzi)
27. Tidak
diperbolehkan
doa untuk meminta
mati (HR.Bukhari,
Muslim, Nasai)
28. Hendaknya
memahami arti
dari kalimat yang kita doakan. Jangan berdoa dengan doa yang kita
tidak tahu maksudnya. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah)
29. Diperbolehkan
berdoa dengan
menggunakan bahasa masing-masing agar dapat memahami arti dari kalimat yang di doakannya
(HR. Abu
Daud, Ibnu Majah)
30.
Lebih
baik berdoa
dengan kata-kata yang ringkas, tetapi mempunyai makna yang mendalam dan luas (HR.Bukhari)
31. Jangan
dilupakan juga bahwa berdoa tetap harus diiringi dengan usaha untuk
memperoleh apa yang kita doa kan
32. Disunnahkan
berdoa
ketika mendengar ayam berkokok, karena ia melihat malaikat (HR.Bukhari)
33. Dan
disunnahkan
membaca taawudz ketika mendengar lolongan anjing atau ringkikan
keledai, karena ia melihat syetan (HR.Bukhari)
34. Tidak
diterima doa
nya orang yang makan, minum, dan berpakaian yang diperoleh dari cara yang haram
(HR.Muslim)
2. Doa orang yang sedang sakit (HR.Muslim, Baihaqi, Abu Daud)
3. Doa seseorang untuk orang lain yang tidak ada di dekatnya.
Dan ini adalah doa yang paling cepat dikabulkan oleh Allah Swt (HR. Thabrani,
Tirmidzi)
4. Doa seorang iman yang adil dan bijaksana (HR.Ibnu Majah)
5. Doa orang yang dianiaya atau didzalimi. Berhati-hatilah dengan
doanya orang yang dianiaya. Allah akan cepat mengabulkan doanya karena antara
Allah dan mereka tidak ada penghalang sama sekali (HR.Ibnu Majah)
6.
Doa orang tua untuk anaknya (HR.Ibnu Majah)
7.
Doa orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir (HR. Ibnu
Majah, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasai)
8.
Doa orang yang sedang beribadah puasa (HR. Baihaqi)
9. Doa orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk berdzikir
mengingat Allah Swt (HR. Baihaqi)
2. Setelah khatam membaca Al-Quran 30 juz (HR.Thabrani)
3.Ketika sujud dalam shalat, ini adalah waktu yang
terdekat antara seorang hamba dengan Allah Swt (HR. Muslim, Abu Daud, Nasai)
4. Sebelum
waktu subuh
(HR. Muslim,
Abu Daud, Nasai)
5. Fii
Sabilillah
sedang berjuang
di jalan Allah (HR. Thabrani)
6. Ketika
adzan
(HR.
Thabrani, Hakim)
7. Ketika turun hujan lebat (HR. Hakim)
8. Antara adzan dan Iqomat
(HR. Abu
Daud, Ahmad, Tirmidzi, Nasai)
9. Pada sepertiga akhir malam (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud,
Nasai)
10. Ketika melihat Kabah (HR. Baihaqi)
11. Ketika berlari antara Shafa dan Marwa (HR. Baihaqi)
12.Ketika Wukuf di Arafah (HR. Baihaqi)
13. Ketika melempar Jumrah (HR. Baihaqi)
Hukum Mengangkat Tangan Dalam Berdo'a
Sunnah Nabi juga menunjukkan, bahwa mengangkat
tangan dalam berdo'a memiliki tiga cara yang berkaitan dengan isi do'a
tersebut.
Ketiga
cara mengangkat tangan ini dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas secara marfu' dan mauquf:
1. Jika berupa permohonan,
maka angkatlah
tanganmu sejajar pundak atau serupa dengan itu.
2. Jika
permohonan ampunan,
hendaknya berisyarat
dengan jari telunjuk saja.
3. Jika berupa permohonan
mendesak, maka angkat kedua tangan”.
Berkenaan dengan hadits
ini, Syaikh Bakr
bin Abdullah Abu Zaid berkata:
“Telah ada beberapa hadits dari perbuatan Nabi
menjelaskan kedudukan masing-masing dari tiga cara berdo'a ini. Cara do'a ini
bukan ikhtilaf tanawu’ (perbedaan cara yang masing-masing boleh
dilakukan karena tidak saling bertentangan, Pen).
Penjelasaannya
sebagai berikut.
Pertama : Do'a Umum
Dinamakan do'a permohonan, dan juga disebut do'a. Yaitu
dengan mengangkat
kedua tangan setinggi pundak, atau sejajar dengannya. Kedua telapak
tangan dirapatkan. Bagian dalam telapak tangan dibentangkan ke arah langit, dan punggung telapak
tangan ke arah tanah. Jika ingin, boleh juga menghadapkan kedua tangan ke
arah wajah, sedangkan punggung telapak tangan diarahkan ke kiblat.
Inilah
cara umum mengangkat tangan ketika berdo'a secara mutlak; baik dalam do'a
qunut, witir, meminta hujan atau pada enam tempat ketika haji, yaitu di Arafah,
Masy`ar Haram, usai melempar Jumrah Sughra dan Wustha, ketika di atas bukit
Shofa dan Marwah, dan waktu-waktu lain.
Kedua : Do'a Memohon Ampunan
Kedua : Do'a Memohon Ampunan
Disebut
pula do`a ikhlas,
yaitu dengan mengangkat
jari telunjuk tangan kanan. Cara ini khusus ketika dzikir, do'a
dalam khutbah di atas mimbar, ketika tasyahud dalam shalat, ketika berdzikir,
memuji dan membaca la ilaha illallah di luar shalat.
Ketiga : Do'a
Ibtihal
Yaitu
merendahkan diri kepada Allah dan permohonan yang sangat. Disebut juga sebagai do'a rahb
(permohonan). Caranya dengan mengangkat kedua tangan ke arah langit sampai terlihat
ketiaknya. Digambarkan sampai kedua lengan atas terlihat karena
mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi.
Cara ini lebih khusus dibandingkan dengan dua
cara di muka. Cara ini juga dikhususukan ketika keadaan susah, permohonan yang sangat –misalnya-
ketika kekeringan, adanya musibah, dikuasai oleh musuh dan keadaan susah
lainnya.
KESALAHAN MENGANGKAT TANGAN DALAM BERDO'A
Telah
shahih datang dari Nabi, bahwa Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
إِذَا سَأَلْتمُ ُاللهَ فَاسْأَلُوْهُ بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ وَلاَ تَسْأَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا
Jika kalian memohon kepada Allah, maka mintalah dengan menghadapkan telapak tangan bagian dalam kepadaNya, jangan menghadapkan punggung telapak tangan.
Maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan hadits-hadits Nabi yang shahih dan komitmen dengannya. Sebab, petunjuk Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan petunjuk terbaik. Hindarilah sikap berlebih-lebihan dalam mengangkat tangan ketika berdoa.
Para
salaf sangat menghindari menempatkan cara-cara do'a tidak pada tempatnya;
seperti mengangkat kedua tangan ketika khutbah pada hari Jum'at,
padahal bukan do'a istisqa. Mengangkat kedua tangan dalam berdo'a disyari'atkan
pada waktu lainnya.
Muslim meriwayatkan dari 'Umarah bin Ru'aibah, dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat kedua tangannya ketika di atas mimbar. Maka 'Umarah berkata: ”Semoga Allah menjelekkan kedua tangan itu. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah tidak lebih dari sekedar mengangkat tangannya begini,” lalu ia mengisyaratkan dengan jari telunjuk”
Diantara keanehan itu, ada sebagian orang yang menurunkan tangannya di bawah pusar atau sejajar pusar, dengan direnggangkan atau dirapatkan.
Jelas,
ini merupakan bukti dari ketidakpedulian dan sedikitnya perhatian terhadap
masalah ini. Sebagian lain mengangkat tangan dengan direnggangkan. Ujung
jari-jari mengarah kiblat, tapi kedua ibu jari mengarah ke langit. Ini jelas
menyelisihi petunjuk Nabi pada hadits di muka: Jika kalian memohon kepada
Allah, maka mintalah dengan menghadapkan telapak tangan bagian dalam kepadaNya.
Yang lain, mengangkat kedua tangannya dengan membalikkannya ke berbagai arah,
atau berdiri dengan menggerakkannya dengan gerakan yang bermacam-macam.
Sementara yang lain, jika berdo'a atau sebelum berdo'a mengusapkan satu tangan
ke tangan yang lain, atau mengibaskan tangannya atau gerakan serupa lainnya.
Lainnya lagi, usai mengangkat tangan lantas menciumnya; yang demikian ini tidak
ada asalnya.
Kesalahan lain, usai berdo'a mengusapkan kedua tangan ke wajahnya. Sifat ini memang terdapat dalam sebagian hadits, hanya saja tidak shahih. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Banyak sekali hadits shahih yang menginformasikan bahwa Nabi mengangkat tangan ketika berdo'a. Namun mengusap wajah usai berdo'a tidak diriwayatkan dari Beliau, kecuali hanya ada satu atau dua hadits, tetapi tidak bisa dijadikan hujjah”. Cara baru lainnya, yaitu mencium dua ibu jari, lantas diletakkan pada dua mata ketika muadzin menyebut nama Nabi atau di waktu lain.
Cara
ini memang terdapat dalam hadits, namun batil, tidak sah dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam , dengan redaksi ”Barangsiapa ketika mendengar adzan
mengucapkan ‘Selamat datang, wahai kecintaanku dan penyejuk kedua mataku,
Muhammad bin Abdillah,’ lantas, mencium ibu jarinya, lalu meletakkannya pada
matanya, maka mata itu selamanya tidak akan buta dan tidak sakit”. Banyak ulama
yang menyatakan hadits ini batil, tidak sah berasal dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Dan termasuk khayalan orang-orang sufi, sebagian mereka menyandarkan ucapan hadits batil ini kepada Khidhir Alaihissallam. Termasuk bid'ah pula, yaitu sebagian orang merapatkan jari-jari tangan kanannya, lantas diletakkan pada mata kanannya dan tangan kirinya pada mata kiri dengan diiringi bacaan (Al Qur'an, pen) atau do'a.
Cara lain lagi yang tidak shahih, sebagian orang
berdo'a dengan meletakkan tangan di kepala usai salam. Sandaran mereka ialah
hadits Anas, dia berkata: ”Adalah Nabi, usai menunaikan shalat Beliau mengusap
jidatnya dengan tangan kanan, lalu berdo'a :
بِسْمِ اللهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنِّي الْغَمَّ وَالْحَزَنَ
Dengan menyebut nama Allah yang tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Dia, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ya, Allah. Hilangkan kegundahan dan kesedihanku”.
[Diriwayatkan
Thabrani di kitab Al Ausath dan Al Bazzar, namun tidak shahih]
Kesalahan dalam berdo'a, sebagian orang yang shalat kadang-kadang mengisyaratkan kedua jari telunjuknya ketika tasyahud. Diriwayatkan dalam hadits shahih:
أَنَّ النَّبِيَّ مَرَّ عَلَى إِنْسَانٍ يَدْعُوْ وَهُوَ يُشِسْرُ بأُصْبُعَيْهِ السَّبَابَتَيْنِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحِّدْ أَحِّدْ
Nabi melewati seseorang yang berdo'a, dia berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,”Satu saja, satu saja!” [Diriwayatkan Tirmidzi]
Penyimpangan lain, sebagian orang berdo'a mengangkat tangan pada waktu tertentu tanpa didasari dalil syar'i, seperti mengangkat tangan setelah iqomat untuk shalat, (yang dilakukan) sebelum takbiratul ihram atau setelah salam dari shalat wajib secara bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahulah berkata: ”Sejauh pengetahuan saya, hadits yang menyebutkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a dengan mengangkat tangan usai shalat wajib, tidaklah shahih; tidak shahih pula dari para sahabat Nabi. Adapun yang dilakukan sebagian orang itu adalah bid'ah, tidak ada dasarnya”. Kesalahan lain, yaitu mengangkat tangan dalam berdo'a usai sujud tilawah, ketika melihat bulan dan waktu lainnya.
Kesimpulannya, waktu-waktu yang ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, namun beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengangkat tangan dalam berdo'a ketika itu, maka tidak dibolehkan untuk mengangkat tangan. Sebab, perbuatan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sunnah, amalan yang ditinggalkan juga sunnah (untuk ditinggalkan).
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah tauladan yang baik dalam amalan yang akan datang dan yang telah lalu. Wajib mendasarkan amalan kepada apa-apa yang dibawa Nabi, dan meninggalkan yang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tinggalkan.
Sumber:
- Fiqhul Ad`iyyah Wal Adzkar, Syaikh Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad, 2/172-197, oleh Abu Nu`aim Al Atsari
- Ahmad, Abdurrahman. 1996. Petunjuk Sunnah dan Adab Sehari-Hari (1). Cirebon: Pustaka Nabawi
0 komentar:
Posting Komentar